Liku-liku kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan hanyalah semu. Gagsan-gagasan tentang liku-liku kehidupan yang masih menempel di dalam hati bisa menyebabkan kegelapan kalbu. Jika hati menjadi gelap, tidak mungkin dapat memancarkan cahaya. Sinar keimanan tidak dapat menembus hati, dan hatipun menjadi gelap.
Agar hati dapat bercahaya dan dapat mengenal keajaiban-keajaiban Allah maka yang harus diperhatikan adalah goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel di dalam hati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan sampai kepada Allah. Jangan berharap dapat melihat keajaiban-keajaiban yang menjadi milik Allah.
Hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan dia sedang menanggung junub, yaitu hadas besar yang dapat disucikan bila yang bersangkutan mandi terlebih dahulu. Adapun mandi dari kesalahan adalah dengan bertaubat.
Orang yang mengharapkan ilmu Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala hal yang gaib haruslah bertaubat dan bertaqwa. Orang yang bertaqwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena taqwa dan perbuatan maksiat merupakan dua hal yang bertolak belakang. Maka mustahil dua hal itu dapat bertemu.
Janganlah kita menuruti keinginan-keinginan yang melantur setinggi langit. Gagasan atau keinginan yang bermuara pada penguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang sejatinya memiliki nilai rendah, maka tak mungkin dapat menajamkan mata hati kita. Dan jangan harap menggunakan mata hati untuk menyikap perkara gaib. Oleh karena itu hakekat dunia tidak dapat di dekati dari luar, sebab pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakekat dunia itu. Jikalau kita ingin tahu tentang hakekat yang sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri.
Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan sadar dan mengerti tentang kemampuan, karakter, potensi dan kekurangan yang dimiliki di bumi mana ia bertempat serta berdiam diri. Dengan pencapaian kesadaran itu pula, setiap individu yakin akan adanya kekuatan, kekuasaan Maha Besar yang berada jauh dibandingkan dengan dirinya.
Dialah Allah Tuhan pencipta alam, sumber dari segala yang tiada menjadi ada. Tidak dapat dilihat sebab tak berwujud seperti alam dan manusia. Namun dapat dirasakan melalui hati, akal dan fikiran bahwa segala sesuatunya tercipta tidaklah terjadi secara kebetulan. Semuanya melalui proses tiada sebelum ada. Keberadaan alam dan manusia adalah bukti adanya Allah. Ada atau tidak adanya alam dan manusia, Allah tetap ada. Hanya saja, kita mengetahui adanya Allah setelah kita ada.
Keabadian dan kesempurnaan hanya milik Allah. Karena Allah bukan seperti alam dan manusia yang diproses. Teori abiogenesis dan biogenesis dapat kita jadikan untuk menelusuri dan menjelajahi jejak pemula dan kelanjutannya dari penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa.
Agar hati dapat bercahaya dan dapat mengenal keajaiban-keajaiban Allah maka yang harus diperhatikan adalah goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel di dalam hati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan sampai kepada Allah. Jangan berharap dapat melihat keajaiban-keajaiban yang menjadi milik Allah.
Hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan dia sedang menanggung junub, yaitu hadas besar yang dapat disucikan bila yang bersangkutan mandi terlebih dahulu. Adapun mandi dari kesalahan adalah dengan bertaubat.
Orang yang mengharapkan ilmu Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala hal yang gaib haruslah bertaubat dan bertaqwa. Orang yang bertaqwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena taqwa dan perbuatan maksiat merupakan dua hal yang bertolak belakang. Maka mustahil dua hal itu dapat bertemu.
Janganlah kita menuruti keinginan-keinginan yang melantur setinggi langit. Gagasan atau keinginan yang bermuara pada penguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang sejatinya memiliki nilai rendah, maka tak mungkin dapat menajamkan mata hati kita. Dan jangan harap menggunakan mata hati untuk menyikap perkara gaib. Oleh karena itu hakekat dunia tidak dapat di dekati dari luar, sebab pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakekat dunia itu. Jikalau kita ingin tahu tentang hakekat yang sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri.
Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan sadar dan mengerti tentang kemampuan, karakter, potensi dan kekurangan yang dimiliki di bumi mana ia bertempat serta berdiam diri. Dengan pencapaian kesadaran itu pula, setiap individu yakin akan adanya kekuatan, kekuasaan Maha Besar yang berada jauh dibandingkan dengan dirinya.
Dialah Allah Tuhan pencipta alam, sumber dari segala yang tiada menjadi ada. Tidak dapat dilihat sebab tak berwujud seperti alam dan manusia. Namun dapat dirasakan melalui hati, akal dan fikiran bahwa segala sesuatunya tercipta tidaklah terjadi secara kebetulan. Semuanya melalui proses tiada sebelum ada. Keberadaan alam dan manusia adalah bukti adanya Allah. Ada atau tidak adanya alam dan manusia, Allah tetap ada. Hanya saja, kita mengetahui adanya Allah setelah kita ada.
Keabadian dan kesempurnaan hanya milik Allah. Karena Allah bukan seperti alam dan manusia yang diproses. Teori abiogenesis dan biogenesis dapat kita jadikan untuk menelusuri dan menjelajahi jejak pemula dan kelanjutannya dari penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa.
Adam diciptakan dari tanah, Hawa diciptakan dari bagian dirinya sendiri, tulang rusuk Adam. Dari sini populasi perkembangan manusia dimulai, bermigrasi, bertransisi, hilang punah dan berganti. Setelah hampir seluruh bumi terisi dan didiami oleh manusia, terbentanglah pemandangan keragamanan dan perbedaan diantara sesama makhluk yang namanya manusia. Fisiknya, kultur dan bahasanya, bahkan sampai kepada warna kulitnya. Semuanya merupakan penampakan yang tak terlepas dari asal mula kejadian yang paling awal.
Coppyright Eyangresi313 @2010