Memberikan arahan kepada Anda yang mengarah kepada tingkatan dan keadaan kehidupan yang berimbang pada peningkatan kehidupan lahiriah & batiniah.




Kamis, 27 Mei 2010

FALSAFAH GURU BISU


Manusia merupakan pusat terjadinya proses perubahan (agent of social process). Sebagai makhluk sosial manusia lekat dengan lingkungannya. Melalui hubungan social inilah tiupan angin budaya menerpa lautan hati manusia, sehingga membuat pribadi manusia bagaikan kapal tanpa nakhoda.

Di antara makhluk-makhluk yang Allah Swt ciptakan, manusia adalah makhluk yang sempurna dari ciptaan yang di ciptakan Allah Swt di alam jagad raya ini. Struktur postur tubuhnya juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah Swt lainnya. Keterangan manusia yang terbaik dari makhluk lainnya salah satunya di temukan dalam firman Allah Swt dalam Al-Qur’an,”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS: At-Tin 95 : 4)

Merujuk kepada ayat tersebut seyogianya manusia harus banyak-banyak bersyukur dan berterimakasih kepada Sang Pencipta dengan menjalankan perintah dan menjauhkan segala yang dilarang-Nya. Bukan sebaliknya kedudukan mulia tersebut menjadi legalitas manusia untuk bersifat angkuh dan berbuat semaunya terhadap makhluk-makhluk lainnya, atau manusia satu-satunya yang pantas menjadi soko guru untuk semua makhluk yang ada di alam jagad ini.

Perlu diingat bahwa manusia yang diciptakan sebagai makhluk terbaik, tidaklah memenuhi totalitas sosok pribadi manusia secara utuh. Ini berarti manusia juga punya banyak kekurangan. Dikatakan yang terbaik bias jadi karena ia punya bentuk postur yang sempurna dan punya kelebihan dapat berpikir dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Kelebihan tersebut akan menghantarkan manusia pada kesempurnaan yang hakiki, tentu bila dipergunakan dengan baiki untuk mencari kekurangan-kekurangannya di alam yang pada hakikatnya guru bisu manusia. Sebaliknya, manusia akan lebih rendah dari binatang jika keliru memanfaatkan fasilitas yang Allah Swt berikan kepadanya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an,”Kemudian Kami kembalikan dia (manusia) ke tempat yang serendah-rendahnya.”(QS: At-Tin 95 : 5 )

Diantara guru bisu manusia di alam jagad ini adalah ikan-ikan di lautan. Allah Swt menciptakan ikan di lautan memang untuk di konsumsi. Makanan yang berprotein tinggi untuk tubuh jasmaniah. Selain itu juga sebenarnya Allah Swt menciptakan ikan di lautan menjadi pengajaran yang termasuk ke dalam “kauniah-Nya”

Bagaimana dengan falsafa guru bisu yaitu ikan di laut untuk manusia ? yang berarti “Manusia dengan kelebihan potensi berpikir hendaknya jangan hanya memikirkan atau meneliti apa dan berapa protein ikan laut, tetapi juga membaca bagaimana sisi kehidupan ikan di laut agar menjadi pengajaran menjadi protein ruhaniah manusia.”

Manusia terkadang ada yang berbuat melebihi binatang. Namun, dapat dipastikan tidak satu orang pun yang mau disetarakan dengan binatang. Itu dikarenakan manusia merasa lebih tinggi dan mulia kedudukannya. Dengan perasaan yang tingginya itu manusia kadang menjadikan manusia lupa bahwa dirinya adalah makhluk yang berperasaan. Untuk itulah manusia perlu banyak belajar kepada soko guru bisu (kauniah) di antaranya adalah ikan di laut.

Falsafa dalam pengertian yang tidak panjang adalah pedoman atau konsep hidup. Memfalsafahkan hidup dengan falsafa ikan di laut pada abad modern ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Ikan di laut adalah sosok makhluk yang boleh dikata tegar dari kondisi kelautan; asin airnya tetapi ikan ke manapun ia berenang tidak ikut asin, kecuali ia harus mati. Sehingga timbulah nasihat orang tua kepada anaknya, “Jadilah kamu sperti iakan di lautan yang tidak pernah teperdaya keadaan”.

Sebesar-besarnya ikan di lautan adalah kecil juga, luas lautan dengan air asinnya tidak dapat menjadikan ikan ikut menjadi asin. Demikian Allah Swt menciptakannya buat pengajaran kepada manusia. Manusia juga memiliki lautan dalam dirinya; luasnya tiada berbatas, dalamnya tiada berdasar, yaitu hati. Itulah hati dalam tubuh ini. Namun tidak sedikit manusia yang tenggelam ke dalam lautan hatinya sendiri. Sehinggakemuliaan dirinya ternoda dan terpuruk ke lembah kenistaan sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah saw, ”Sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat segumpal darah. Apabila baik ia, maka baiklah seluruh jasad ini, dan apabila rusak ia maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah hal itu adalah hati.” (Hadist Qudsi)

Manusia masih belum mampu memakai filosofi ikan di lautan yang tidak dapat diwarnai asinnya lingkungan air laut, kecuali ia sampai mati atau yang di sebut dengan ikan asin. Gebyar warna dunia dan derasnya akulturasi budaya sering kali mewarnai kehidupan manusia sehingga tidak jarang mereka rela mengorbankan yang paling prinsip sekalipun. Hal ini terjadi karena hati manusia yang tidak stabil yang membuat manusia terempas dan tenggelam dalam lautannya sendiri, Allah swt menjelaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS: Al-Ma’arij 70 : 19 – 21)

Dari manapun datangnya kebenaran ada baiknya bila setiap dari diri kita tidak melewatkannya. Untuk itu tidak ada ruginya jika kita melihat falsafa dari guru bisu (kauniah) yang memberi pembelajaran dan pemahaman tindakan jelek yang sudah di luar batas, bahkan jauh kelewat batas. Batasannya norma etika, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam syariat agama dalam mencari taufiq, rahmad dan ridho Illahi dalam kehidupan. Dikarenakan bakal datang zaman gila di akhir zaman dalam kehidupan manusia sehari-hari.


Apa yang dimaksud dengan zaman gila seperti sabda Rasulullah saw, “Bila perempuan sudah menyerupai laki-laki dan sebaliknya laki-laki menyerupai perempuan atau apabila anak sudah tidak lagi kenal orang tuanya, jika anak jadi raja di rumah orang tuanya, bila pembantu melhirkan anak-anak majikannya.” (Hadist Qudsi) Atau juga budaya makan-memakan dan budaya makan siapa telah merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, inilah yang dimaksud zaman gila di akhir zaman. Dimana pada zaman ini membudaya sifat mengkhianati sesama manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia terhadap doanya sendiri dan banyak lagi pelanggaran norma-norma prinsip yang membuat gugurnya peradaban suatu nilai yang membuat kehancuran diatas permukaan bumi ini.

Bila benar rujukan itu, budaya makan-memakan dan makan siapa, sepertinya ada benarnya kebiasaan dan budaya ini jika kita pandangi fenomena abad sekarang. Boleh jadi itulah yang di maksud oleh filsafat guru bisu (kauniah) yang di contohkan oleh ikan laut. Tidak mengorbankan yang menjadi prinsip dalam kehidupan. Bila manusia terus bergilas dan bergelut dengan kecurangan, kebohongan, ketidak adilan nurani terasa berontak, bila mundur akan jadi sebaliknya terinjak-injak dan tergilas perputaran roda zaman. Banyak sebutan kalimat di tengah-tengah kehidupan di masyarakat yang berbunyi, “Ikut gila tidak tahan, enggak ikut bila nggak kebagian”. Demikianlah yang terjadi di masyarakat modern sekarang ini.

Mungkin di sinilah pertarungan antara kata benar dan salah, antara hak dan batil, antara tertindas dan menindas, dan antra memakan dan dimakan. Hal seperti ini telah digambarkan oleh Rasulullah sawdalam sabdanya, “Orang yang berpegang dengan kuat pada agamanya seperti ia menggenggam bara api dengan erat”. Digenggam keras-keras telapak tangan terbakar hangus, panas tidak terhingga, dan jika dilempar atau dibuang, telanjang kita tanpa iman dan agama. Bahkan bias jadi manusia itu sendiri yang akan dibakar oleh Allah Swt di api neraka.

Mungkin seperi itulah gambaran iman atau keimanan masyarakat di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pada zaman modern ini baik di kota maupun di pedesaan. Bila diperhatikan pada saat ini, sebagai akibat akulturasi budaya modern yang menjadi pemain bukan hanya orang-orang elite, orang alit pun berani lempar dan tendang iman. Bukan hanya petani yang berdasi yang sering melakukan lempar-lemparan dan tendang-tendangan, petani desa pun ikut bermain karena sang petani menganggap cocok tanam tidak lagi cocok pada budaya modern yang industrial, akhirnya apa saja yang cocok dengan keinginan tanpa harus melihat halam dan haram, boleh dan tidak boleh, asal cocok, jadilah. Demikianlah kenyataannya yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Seberuntung-untungnya orang yang lupa, masih beruntung orang yang beriman dan waspada. Kita hanya bias berdoa dan berharap meskipun tranformasi budaya tidak dapat dihindari dari berbagai dunia yang selalu sarat mempengaruhi sisi-sisi kehidupan manusia. Mungkin bisa saja karenanya kita lupa dan terbuai oleh embusan angin “Surga” atau yang semacamnya. Beruntunglah jika diri kita sebagai manusia masih memiliki iman dan waspada.

Demikianlah falsafa guru bisu (kuniah) manusia untuk selalu jangan melepas apalagi melempar piranti hidupnya yaitu keimanan agar tejaga dan diselamatkan di dunia dan akhirat



Coppyright Eyangresi313 @2010

25 komentar:

trafficsakti mengatakan...

terima kasih pencerahannya....

Delia mengatakan...

Banyak yang bisa kita pelajari dari Guru Bisu...

namun kenapa kita kadang mengindahkannya ?

terima kasih eyang pencerahannya

salam kenal

camera mengatakan...

makasih banyak eyang artikelnya...

Ifan Jayadi mengatakan...

Tulisan yang bisa kita teladani untuk diambil hikmahnya

agnes Sekar mengatakan...

Luar biasa, makna yang dalam falsafah hidup yang penuh hikmah, menuntun dan memotivasi, terima kasih semangat hidup yang perlu ditularkan sejak dini, Sukses untuk Eyang.

Regards, agnes sekar

Andrik Sugianto mengatakan...

trims sdh berkunjung ke blog aq, tapi jujur aq masih bingung dgn komentar anda. APA MAKSUDNYA?

Anonim mengatakan...

salam ...terima kash sekali telah berkunjung dan terima kasih sekali atas semua pencerahannya semoga selalu bermanfaat

Abula mengatakan...

mudah-mudahan zaman gila gak saya alami ...

ysalma mengatakan...

sekililing kita banyak yang bisa dijadikan ilmu,petuah-petuah dari guru juga harus selalu diingat.
salam.

Jard The Great mengatakan...

salam dari ku.. org indon ya?

Anonim mengatakan...

thanx!!!!

elmoudy mengatakan...

ajaran guru bisa amatlah bijak.. banyak yang bisa diambil pelajaran atasnya... smoga diri ini mampu menjalankan semua hikmah2 itu...

si Paijah mengatakan...

menyimak eyang, kunjungan pertama salam kenal

Mamah Aline mengatakan...

saya mendapat artikel menarik dari tulsian eyang, ternyata lam adaalh guru bisu yang bisa kita ambil suri teladan dan manfaat bagi manusia

Anonim mengatakan...

Penghayatan yang sangat dalam tentang esensi manusia. yah, manusia adalah makluk yang luar biasa dan unik, ketika ia memilih mengabdi demi kemuliaan akhirat, derajatnya lebih tinggi dari para malaikat ytang setiap waktu bertasbih, ketika manusia menuhankan kehidupan dunia, derajatnya bisa melorot, lebih rendah dripada binatang

yangputri mengatakan...

eyang salam kenal dulu dari aku ya...

eyang postingannya mencerahkan sekali... nice post yang...

Anonim mengatakan...

wow... blog nya bagus.... dree langsung cerah ngintip di mari...

thx

nikon coolpix camera mengatakan...

makasih atas pencerahannya....

TUKANG CoLoNG mengatakan...

suatu refleksi yang menyegarkan.:)

Anonim mengatakan...

Manusia tdk hanya tdk mau belajar pada guru bisu tp malah justru merusaknya. Thanks kunjungannya

elok langita mengatakan...

eyaang.. elok berkunjuuung dan follow..

^______^

mkashy buat kunjungan dan commentarnyaa...

^__^

aming mengatakan...

selamat sore eyang,
izin berkunjung...menjalin silaturahmi

EYANG RESI 313 mengatakan...

Terima kasih untuk para sahabatku yang sudah menyempatkan untuk berkunjung dalam blog saya. Semoga silaturahim ini membuka segala pintu kemurahan dan kemudahan bagi kita semua dalam berkarya.

Baju Anak Profesi mengatakan...

mantaab..thanks

Unknown mengatakan...

Terimakasih, luar biasa pencerahannya.
Ada titipan salam dari palabuhanratu 505