Berkisah dari sebuah cerita Dewa Ruci,untuk memenangkan perang Bharata Yudha yang bakal terjadi, selain mencari sekutu sebanyak-banyaknya. Setiap saat,pihak Kurawa selalu berusaha keras untuk mencelakakan keluarga Pandawa. Tujuannya tidak lain agar mereka dapat memenegkangkan perang tersebut. Walaupun berbagai cara telah dilakukukan, namun keluarga Pandawa yang merupakan kekasih para Dewa itu selalu keluar dengan selamat.
Waktu terus berlalu,sekali ini Resi Durna bersama-sama dengan Sayudana tengah berusaha keras untuk menyingkirkan Bima, satu tulang punggung keluarga Pandawa dengan memerintahmya untuk mencari air kehidupan yang terdapat di tengah-tengah Samudra.tanpa berpikar panjang,setelah meminta izin kepada seluruh keluarganya, Bima pun menjalankan perintah sang guru.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, berliku serta penuh cobaan yang mengundang maut, akhirnya, Bima pun berhasail mendapatkan pencerahan manakala dirinya bertemu dengan “sejatinya Dewa Ruci”. Dan kejadian tersebut di atas merupakn suatu keadaan yang dapat diharapkan oleh banyak manusia yang mendambakan kebenaran sejati.
Jika saja perjalanan sang Bima mencari air kehidupan diteladani sebagai perjalanan spiritual oleh para pemimpin atau seluruh anak bangsa untuk mengembalikan kejayaan bangsa
Karena analogi dari cerita Dewa Ruci. Sejatinya sama dengan aliran idealisme etis yang meyakini.
- Adanya suatu skala nilai-nilai asas-asas moral atau aturan-aturan untuk bertindak.
- Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat Spiritual atau pun Mental dari pada bersifat Inderawi atau Kebanaran.
- Mengutamakan kebenaran moral dari pada ketentuan kejiwaan atau alami, dan
- Lebih mengutamakan hal yang umum dari pada yang khusus.
Sadar atau tidak, hampir seluruh komponen bangsa
Memang ironis, tetapi begitulah kenyataan yang ada. Padahal apa yang di kejar oleh mereka secara tegas di ungkapkan oleh Kahlil Gibran di dalam sang Nabi ; Kesenangan adalah lagu kebebasan, namun bukan sutu kebebasan sendiri, Dialah bunga-bunga hasrat keinginan.namun bukan buah yang asli…
Jika kita mau menengok kebelalkang, seharusnya, bangsa ini malu pada para pendahulunya yang telah berani menyatukan tekad untuk bersatu membangun kejayaan Nusantara; Sriwijaya, Majapahit, bahkan sumpah Pemuda yang telah membuktikan betapa slogan tersebut bukan hanya sekedar kata-kata kosong tak bermakna. Di era masa lalu, tatkala tekad itu di kumandangkan, maka,bumi pun bergetar, pepohonan merunduk, sungai dan laut menggelora bahkan halilintar pun mengglegar sebagai suatu bukti betapa alam semesta turut merestuinya. Inilah yang menyebabkan sang penerus tidak berani menyelewengkan hal yang sudah di ucapkan karena alam selalu mengawasinya. Jika semangat untuk membangun ke jayaan Nusantara yang di wariskan itu kembali di hidupkan dan di gelorakan agar dalam waktu dekat kita bisa duduk satu majelis dengan putra-putri terbaik dari Negara lain.
Sudah saatnya seluruh komponen bangsa ini kembali kepada jati dirinya dengan berpegang pada apa yang di suratkan oleh Mpu Tantular di dalam kitab sutasoma ,”Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangarwa”.Artinya;Dengan ke majemukan kita bersatu dan tidak ada kesetiaan yang mendua, kecuali untuk rakyat dan kejayaan bangsa
Coppyright Eyangresi313@2010