Arnold Sherman pernah mengemukakan, bahwa kesehatan adalah merupakan cermin dari keadaan jiwa. Hal ini dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa jiwa ternyata memang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tiap-tiap sel dari tubuh kita. Sumber penyakit, dapat ditelusuri melalui jiwa.Sementara para dokter pun mengatakan, dalam usaha menyembuhkan si pasien, antara pengobatan tubuh dan pengobatan jiwa haruslah dilakukan secara bersamaan.
Beberapa waktu yang lalu, telah diadakan suatu penelitian oleh American Psykiatris Association dan The Association of Medical College di New York. Hasil penelitian tersebut mengakui terus terang, bahwa pengobatan jiwa itu sangat penting di samping pengobatan tubuh.
Mereka di antaranya mengemukakan, “Pada saat sekarang ini para dokter telah banyak sekali mengetahui tentang penyakit, tetapi hanya sedikit sekali mengetahui mengenai manusia.Hal ini mengakibatkan banyak orang telah mengalami penyakit kronis. Para dokter telah gagal memberikan kepuasan batin yang diperlukan oleh si penderita, karena mereka hanya diperlakukan sebagai pasien langganan saja, kurang diperlakukan sebagai teman hidup.”
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengobatan modern yang dilakukan oleh para dokter masih belum memuaskan, karena yang diobati bukan sumber penyakitnya melainkan hanya akibatnya saja. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang menderita sakit kronis, yang hingga berlarut-larut tidak dapat sembuh.
Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pengobatan pasien, para dokter sekarang seharusnya mempelajari tentang manusia. Mengenai bagaimana mereka hidup, dimana nantinya akan dapat ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan ketegangan dan kesedihan. Dari beragam faktor ini, akan tampak pengaruhnya pada tubuh si pasien.
Dokter Lauren T. Guy melaporkan dalam Medical Society of the Country di New York, bahwa kebingungan dan ketegangan dapat menyebabkan kebutaan dan menimbulkan glaucoma.Selanjutnya ia menyarankan agar dilakukan analisa yang realistis tentang persoalan yang dihadapi oleh pasien secara person, sebab akan banyak menolong penyakit yang dderitanya seperti sakit mata, jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya.
Apabila pendapat tersebut di atas dapat diterima, maka jika kebingungan itu menyebabkan sakit fisik, usaha preventif yang paling baik adalah belajar bagaimana menghindari kebingungan tersebut.
Sementara itu, Dr. Louis F. Bishop mengemukakan bahwa pada umumnya manusia tidak menyadari, betapa banyaknya gejala-gejala yang berakibat terhadap semua organ dalam tubuh kita seperti kelumpuhan, ginjal dan lain sebagainya.
Dr. Leo Rangell, professor psykiater pada rumah sakit UNCLA, menulis dalam majalah Los Angeles Times, bahwa bakteri dan lain-lain micro-organisme lebih mudah menyerang orang yang menderita ketakutan dan kekhawatiran.
Nah, untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi ini, bisa dengan cara melakukan dzikir jiwa, yang merupakan metode paling efektif untuk memahami persoalan ini dengan jelas, betapa pun dalamnya implikasi-implikasi kesulitan itu, dimana hakekatnya sama dengan berobat.
Suatu contoh kasus yang sangat mengagumkan, sebagai hasil dari melakukan dzikir jiwa dengan disertai penyerahan diri yang mutlak kepada Yang Maha Kuasa, adalah sebagai berikut:
Beberapa waktu yang lalu, seorang wanita muda mengalami penderitaan hebat, yakni wajahnya hangus terbakar. Meskipun jiwanya memang terselamatkan, tetapi bekas luka bakar ini telah melenyapkan seluruh kecantikan wajahnya.
Bisa kita bayangkan, seorang wanita muda yang asalnya cantik jelita, tiba-tiba berubah menjadi jelek, menjijikkan, bahkan menakutkan, sudah tentu yang bersangkutan merasa sedih bukan kepalang. Dan yang pasti, rasa rendah dirinya pun langsung menguasainya.
Setelah dia belajar dzikir jiwa dan berserah diri dalam waktu yang tidak terlalu lama, yakni sekitar satu bulan, kulit mukanya kian menunjukkan perubahan. Dengan adanya bukti ini, dia bertambah tebal imannya, serta semakin rajin dalam melakukan shalat serta bertafakur memohon kesembuhan wajahnya.
Akhirnya permohonan gadis itu dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih dan Maha penyayang. Wajahnya yang rusak itu kembali pada keadaannya semula, cantik menawan, seolah-olah tak pernah mengalami luka sedikit pun. Subhanallah!
Atas kesembuhannya itu, tentu saja dia merasa sangat gembira dan bersyukur ke hadirat Allah SWT.
Contoh-contoh kasus lainnya sebenarnya masih sangat banyak, tetapi tak mungkin bagi kami untuk menuliskan semuanya di sini.Meskipun demikian, dari apa yang telah dipaparkan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan di antaranya:
Pertama, bahwa manfaat dzikir jiwa bukan sekadar isapan jempol belaka. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang kembali menemukan kesehatannya, atau sembuh dari berbagai penyakit setelah mempraktekkannya.
Kedua, bahwa kesembuhan itu bukan dari kita melainkan dari iradat Allah SWT. Hanya masalahnya, bagaimana cara mengalirkan iradat itu pada saluran yang kita kehendaki? Dzikir jiwa inilah salah satu caranya!
TEKNIK DZIKIR JIWA
Dzikir jiwa dapat dilakukan dengan sikap apa saja sesuai selera. Yang penting adalah, sikap atau posisi tersebut harus santai, tidak kaku atau merasa dipaksa. Akan tetapi pada umumnya, orang lebih menyukai sikap duduk bersila. Duduknya harus tegak lurus sampai kepala, mata pejamkan, kemudian mulailah berdzikir jiwa sebagai berikut:
1. Mengucapkan niat dalam hati atau dengan mulut, berupa permohonan kepada Allah SWT untuk apa saja yang dikehendaki, dengan kalimat sendiri menurut selera.
2. Membaca Surat Al-Fatihah.
3. Bacaan tersebut dapat ditambah dengan Ayat Kursyi, Surat Al-Ikhlas, dan lain-lain.
4. Sebutlah Nama-nama Allah (Asmaul Husna) dalam hati (tidak disuarakan), dengan penuh perasaan, dengan berserah diri bulat-bulat kepada-Nya, serta penuh harap akan terkabulnya segala permohonan kita.
5. Pikiran harus lepas, tingkatkan rasa bahwa semuanya itu bergantung kepada Allah SWT.
6. Pusatkan rasa dalam dada tengah dengan tidak dipaksakan.
7. Puser ditarik sedikit ke belakang.
8. Jangan terpengaruh oleh suara atau cahaya.
9. Apabila terasa ada hal-hal aneh, segera tahan napas sekuatnya, setelah normal kembali barulah diteruskan.
10. Jangan berdialog dalam hati, ingat terus kepada Allah SWT.
11. Setelah kurang lebih 20 menit, dzikir dapat dihentikan dengan menahan napas sekuatnya, kemudian tiupkan pada badan dan usapkan kedua telapak tangan pada wajah serta sekujur tubuh, diiringi dengan bacaan Al-Fatihah dan istighfar kepada Allah SWT.
Catatan:
Dzikir jiwa ini dilakukan minimal dua kali sehari, kapan dan di mana saja dapat dilakukannya. Terutama apabila kondisi kesehatan tubuh dalam keadaan sedang menurun, perbanyaklah dzikir jiwa ini.Selamat mencoba, semoga berhasil! Amiin! (Disarikan dari berbagi sumber pilihan)
Copyright Eyangresi313 @2009
Kamis, 29 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar